
Siapa yang menyangka tahun 2020 yang saat ini teknologinya sudah maju seperti teknologi 5G, perangkat IoT, komputasi awan, dan edge computing yang dipercaya akan mempercepat perpaduan antara sistem informasi, sistem komunikasi, dan sistem kontrol sector industry, penggunaan kecerdasan buatan yang telah mencapai atau melampaui batas manusia di bidang kecerdasan perseptual seperti speech to text, NLP (natural language processing/pemrosesan bahasa alami), pemahaman video, penggunaan jam pintar membuat penyakit, kuman bahkan virus tidak dapat membahayakan jiwa manusia di bumi ini yang terjadi adalah saat ini dunia sedang dihadapi dengan pandemik covid-19 (corona virus desease-19) atau yang dikenal oleh masyarakat sebagai virus corona.
Berdasarkan data yang diperleh South Morning China Post, kasus pertama virus corona berhasil terlacak dari seorang individu berusia 55 tahun yang berasal dari provinsi Hubei, China. Menurut data yang tercatat orang yang menjadi orang pertama terjangkit virus corona pada tanggal 17 November 2019 atau sebulan lebih awal dari catatan dokter di Wuhan. Setelah terjadi kasus 17 November 2019, sekitar satu hingga lima kasus baru dilaporkan setiap hari. Pada tanggal 15 Desember 2019 total yang terinfeksi mencapai 27 orang. Kasus harian tampaknya telah meningkat setelah itu dengan jumlah kasus mencapai 60 orag pada 20 Desember 2019.
Setelah terjadi kasus 17 November 2019, sekitar satu hingga lima kasus baru dilaporkan setiap hari. Pada 15 Desember, total infeksi mencapai 27. Kasus harian tampaknya telah meningkat setelah itu, dengan jumlah kasus mencapai 60 pada taggal 20 Desember 2019.
Dari situs https://www.worldometers.info/coronavirus/ pertanggal 17 Mei 2020 jumlah kasus corona di dunia mencapai 4.737.664 orang dengan total kematian 313 .633 orang. Sedangkan berdasarkan data dari https://covid19.go.id/ di Indonesia mencapai 17.514 orang dengan jumlah pasien yang meninggal 1.148 orang. Untuk Provinsi Bengkulu mencapai 65 orang dengan jumlah kematian sebanyak 2 orang. Data ini masih terus menunjukkan peningkatan yang artinya semakin banyak orang yang terinveksi virus corona dan kematian yang diakibatkan oleh virus tersebut juga akan terus bertambah.
Pandemik virus corona ini sudah membuat seluruh dunia disibukkan untuk memutus persebaran dari virus corona. Penyebaran virus corona menurut WHO adalah melalui tetesan air liur (droplets) atau muntah (fomites) dalam kontak dekat tanpa adanya pelindung diri seperti masker. Transmisi virus corona atau Covid-19 terjadi antara yang telah terinfeksi dengan orang tanpa pathogen penyakit. Penyebaran virus corona melalui media dudukan toilet, pegangan pintu kamar mandi dan wastafek terjadi pada beberapa pasien, tetapi hingga kini media ini bukan menjadi upaya tranmisi utama dari virus corona.
Hasil dari penelitian Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya–LIPI Tahun 2019, tentang Survei Penyalahgunaan Narkoba Tahun 2019 menunjukkan bahwa angka prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia mencapai 1,80% atau sekitar 3.419.188 jiwa atau bisa dikatakan 180 dari 10.000 Penduduk Indonesia berumur 15 – 64 tahun terpapar memakai narkoba selama satu tahun terakhir. Narkoba yang paling banyak digunakan adalah shabu, ganja diikuti oleh ATS dan zat psikotropika lainnya dengan cara penggunaannya adalah disuntik, dirokok, dihirup, disuntik & dihirup, ditelan dan sublingual.
Sedangkan pada hasil penelitian Riset Kesehatan Dampak Penyalahgunaan Narkotika Tahun 2019 di 6 (enam) Provinsi yang mempunyai tempat Rehabilitasi menunjukkan berbagai keluhan fisik yang oleh responden dianggap terkait dengan pemakain zat yang disalahgunakan. Terutama keluhan sehubungan dengan infeksi rongga mulut (59,5%), gangguan pernafasan (52,8%), gangguan kulit (24,1%), dan overdosis (14,1%). Dampak fisik lainnya yang mereka alami adalah pusing-pusing hebat (73%), gangguan gigi (64,1%) dan gangguan rongga mulut (60,1%) merupakan keluhan yang paling sering dikemukakan dengan variasi frekuensi kejadian gangguannya.
Dikutip dari berita CNN, Rabu 15 April 2020 15:20 terkait “Penyakit Penyerta Penyebab Kematian Pasien Covid-19” menyebutkan bahwa—Pasien positif terinfeksi virus corona (Covid-19) dapat memiliki gejala yang parah dan memberatkan jika mempunyai kormobid atau penyakit penyerta. Terdapat beberapa penyakit penyerta yang bisa menyebabkan kematian pada pasien Covid-19 yaitu Hipertensi, Diabetes, Penyakit Paru (Obstruktif Kronis, asma dan TBC), Penyakit Jantung dan demam berdarah dengue (DBD).
Dari penjelasan diatas virus corona akan menyebabkan kematian jka seorang pasien memiliki imunitas yang rendah akibat dari penyakit bawaannya. Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh penyalahguna narkotika. Memang belum ada penelitian yang menyatakan bahwa penyalahguna narkotika akan meninggal jika terkena virus corona akan tetapi efek samping pemakaian penyalahgunaan narkotika ini akan menyebabkan imunitas seseorang tersebut menurun yang dapat membahayakan jiwa pasien yang terkena virus corona.
Oleh karena itu Badan Narkotika Nasional provinsi (BNNP) Bengkulu menghimbau semua masyarakat yang ada di provinsi Bengkulu untuk menghindari narkoba dan ikut berpartisipasi dalam hal upaya penanggulangan virus corona di provinsi Bengkulu dengan melalukan Kegiatan KIE (komunikasi,informasi dan edukasi) Tentang Bahaya Narkoba dan Pencegahan penularan Wabah Covid-19 setiap harinya dengan menggunakan mobil sosialisasi keberbagai pelosok provinsi Bengkulu.
Petugas KIE menyampaikan himbauan bahaya Narkoba dan program rehabilitasi serta cara mencegah penularan Wabah Covid-19 seperti Social Distance, menggunakan masker jika terpaksa keluar rumah, tidak berkumpul dalam jumlah yang besar, Perhatikan etika bersin & batuk, cuci tangan pakai sabun, menggunakan handsanitizer, belajar di rumah, pilih makanan bergizi, jaga kebersihan rumah, olahraga, ibadah dirumah & segera periksakan diri saat muncul gejala covid-19. (Ars)